5. Definisi operasional
Ilmu pengetahuan dibangun melalui penelitian
yang memiliki tiga elemen utama, yaitu: teori, operasionalisasi, dan observasi.
Peneliti harus membuat definisi yang jelas, yaitu batasan mengenai obyek yang
hendak ditelitinya. Dalam hal ini, terdapat dua jenis definisi yaitu: definisi
konstitutif dan definisi operasional. Definisi konstitutif mendefinisikan kata
dengan cara menggantinya dengan kata lain atau konsep lain. Kamus merupakan
kumpulan definisi konstitutif. Adapun definisi operasional menjelaskan prosedur
yang memungkinkan seseorang mengalami atau mengukur suatu konsep. Suatu
definisi operasional menjelaskan dengan tepat bagaimana suatu konsep akan
diukur, dan bagaimana pekerjaan penelitian harus dilakukan.
6. Pengukuran
Ide atau gagasan di balik pengukuran
sebenarnya sederhana, yaitu memberikan nilai pada suatu abjad, peristiwa, atau
apa saja menurut suatu aturan tertentu. Suatu pengukuran mengandung tiga konsep
penting: Nilai, peruntukkan, dan aturan.
Nilai. Suatu nilai (numeral) merupakan suatu
simbol seperti: V, X, C, atau 5, 10, 100. Suatu nilai memiliki makna
kuantitatif jelas (eksplisit). Jika suatu nilai diberikan makna kuantitatif,
maka nilai menjadi angka dan dapat digunakan dalam perhitungan matematika dan
statistik.
Peruntukkan. Peruntukkan (assignment) adalah
penunjukan nilai atau angka kepada suatu abjad atau peristiwa. Sistem
pengukuran sederhana mencakup, misalnya, nilai 1 diberikan kepada orang yang
memperoleh sebagian besar informasi dari program berita televisi, nilai dua
ditunjukkan kepada mereka yang memperoleh sebagian besar informasi yang
diketahuinya dari surat kabar, dan nilai tiga diperuntukkan bagi mereka yang menerima
sebagian besar informasi dari sumber lainnya.
Aturan. Suatu aturan (rules) menjelaskan cara
peruntukkan suatu nilai atau angka. Aturan pengukuran merupakan inti dari
setiap sistem pengukuran. Jika aturannya salah, maka sistem nya juga kan salah.
Pada kasus tertentu, aturan bersifat jelas dan langsung.
Sistem pengukuran pada penelitian sosial
selalu berupaya untuk memiliki sifat isomorfik yaitu dapat menggambarkan
realitas. Pada penelitian tertentu, seperti penelitian ilmu alam, isomorfisme
tidak menjadi suatu masalah karena obyek yang diukur dan angka atau nilai yang
diberikan kepada obyek biasanya memiliki hubungan langsung. Pada penelitian
sosial, hubungan antara pengukuran dan realitas seringkali kurang jelas.
A. Indeks dan Skala
Pada bagian ini, kita akan membahas mengenai
bagaimana Mengkonstruksi dua tipe ukuran variabel gabungan atau komposit,
yaitu: indeks dan skala.
Indeks dan skala (khususnya skala) merupakan
instrumen Reduksi data yang efisien karena memungkinkan kita merangkum beberapa
indikator dalam satu skor angka tunggal, namun dengan tetap mempertahankan
detail yang dimiliki setiap unit indikator.
B. Pengertian indeks dan skala
Baik skala dan indeks merupakan pengukuran
variabel yang bersifat gabungan (komposit). Hal ini berarti pengukuran
berdasarkan lebih dari satu data yang diperoleh dari berbagai pertanyaan. Jadi
skor yang diperoleh responden pada indeks atau skala pada suatu survei
ditentukan oleh jawaban yang diberikan terhadap sejumlah pertanyaan pada
kuesioner Yang masing masing memberikan indikasi terhadap suatu variabel selain
adanya kesamaan antara indeks dan skala sebagaimana yang telah dikemukakan
sebelumnya, kita perlu memahami perbedaan diantara keduanya. Perbedaan indeks
dan sekalah ditentukan pada bagaimana keduanya menghasilkan suatu skor atau
nilai pengukuran. Dalam hal ini, pengukuran terhadap indeks dilakukan dengan
cara menjumlahkan skor yang diberikan terhadap setiap atribut yang mewakili
suatu variabel. Kita dapat mengukur, misalnya, tingkat prasangka (prejudice) Yang
dimiliki seseorang dengan cara menambahkan jumlah pernyataan yang mengandung
muatan prejudice yang disetujui responden.
Pengukuran skala dilakukan dengan memberikan
skor terhadap pola-pola jawaban yang mana beberapa pernyataan menunjukkan
derajat variabel yang lebih lemah sedangkan beberapa pernyataan lainnya
menunjukkan derajat yang lebih kuat.
C. Skala pengukuran
Suatu skala mewakili ukuran campuran dari
suatu variabel. Skala umumnya digunakan untuk mengukur variabel kompleks yang
digunakan untuk mengukur suatu indikator. Beberapa teknik baru telah
dikembangkan untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan skala. Pada bagian
ini kita akan membahas beberapa teknik pengukuran yang terdiri atas: skala
peringkat sederhana dan segala peringkat khusus.
1. Skala peringkat sederhana
Skala peringkat (rating scale) banyak
digunakan dalam penelitian ilmu sosial khususnya mengenai media massa. dalam
menggunakan skala peringkat ini, peneliti harus memutuskan tipe skala apa yang
akan digunakan. Memilih suatu tipe skala lebih merupakan pertimbangan personal,
namun terdapat beberapa hal yang harus mendapat pertimbangan peneliti sebelum
memutuskan menggunakan suatu tipe skala sebagai berikut:
a. Skala yang memiliki lebih banyak poin
memiliki kemampuan lebih baik dalam menunjukkan derajat perbedaan
(diferensiasi) variabel.
b. Ukuran skala terbaik adalah 1-10.
Ketika menggunakan skala peringkat sederhana,
maka cara yang lebih baik dalam memberikan instruksi kepada responden adalah
dengan mengatakan, misalnya, "semakin tinggi nilainya, maka anda semakin
setuju".
2. Skala likert
Skala likert merupakan salah satu skala yang
paling banyak digunakan pada penelitian sosial. Pada skala likert, peneliti
harus merumuskan sejumlah pernyataan mengenai suatu topik tertentu, dan responden
diminta memilih apakah ia sangat setuju, setuju, ragu-ragu/tidak tahu/netral,
tidak setuju atau sangat tidak setuju dengan berbagai pernyataan tersebut.
Setiap pemilihan jawaban memiliki Bobot yang berbeda, dan seluruh jawaban
responden dijumlahkan berdasarkan bobot sehingga menghasilkan suatu skor
tunggal mengenai suatu topik tertentu.
3. Skala diferensial semantik
Skala diferensial semantik Ini digunakan untuk
mengetahui tiga faktor umum yang mencakup aktivitas, potensi dan evaluasi yang
digunakan untuk mengukur sikap seseorang. Untuk menggunakan teknik ini, kita
harus meletakkan suatu nama atau konsep diatas rangkaian skala sikap berkutub
dua yang terdiri atas tujuh atau enam poin, dan berfungsi sebagai jangkar.
Melalui teknik ini, peneliti meminta responden untuk menentukan respon mereka
dengan cara menandai salah satu nilai yang terdapat di antara dua kata sifat
yang paling bertentangan. Kata sifat berkutub dua yang sering digunakan sebagai
jangkar antara lain: menyenangkan / tidak menyenangkan, berharga / tidak
berharga, jujur / tidak jujur, dan lain-lain.
4. Skala guttman
Skala guttman, atau disebut juga analisis
skalogram, menggunakan serangkaian pernyataan yang terkait dengan suatu topik
atau isu tertentu, dan kemudian disusun menurut derajat Intensitasnya. Skala
guttman dirancang berdasarkan gagasan bahwa sejumlah pernyataan dapat disusun
di sepanjang kontinum sedemikian rupa sehingga seseorang atau responden yang
setuju dengan suatu pernyataan atau dapat menerima suatu pernyataan juga kan setuju
atau dapat menerima pernyataan lainnya yang dinyatakan secara lebih lunak.
Dengan kata lain skala guttman disusun berdasarkan fakta bahwa beberapa
pernyataan tertentu bersifat lebih ekstrim atau keras dibandingkan pernyataan
lainnya.
5. Skala thurstone
Pada pengukuran dengan menggunakan skala ini
responden diminta untuk memilih apakah setuju atau tidak setuju dengan sejumlah
pernyataan. Teknik dengan menggunakan skala ini sering digunakan pada banyak
penelitian sosial khususnya komunikasi. Misalnya, penelitian mengenai efek
stres terhadap komunikasi individu. Dengan menggunakan skala ini, peneliti
dapat memberikan penilaian tingkat stres responden dengan cara menjumlahkan
setiap poin dari pernyataan yang berhubungan dengan berbagai peristiwa yang terjadi
pada diri individu pada masa lalu. Namun demikian, metode ini lebih sulit
dilakukan dibandingkan dengan teknik penelitian lainnya karena membutuhkan
waktu, biaya, dan tenaga yang lebih
Sumber : Morissan. 2014. METODE PENELITIAN SURVEI. Jakarta: Prada Media Group. (Hal 75-95)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar