8. Reliabilitas dan validitas
Menggunakan pengukuran sekalah tanpa didahului dengan
uji coba merupakan riset yang tidak baik. Setidak-tidaknya satu penelitian uji
coba (pilot study) harus dilakukan untuk memastikan Reliabilitas dan validitas
pengukuran sekalah yang hendak digunakan. Suatu pengukuran harus memiliki kedua
kualitas ini jika ingin dikategorikan sebagai pengukuran yang bermanfaat.
Setiap hasil pengukuran selalu mengandung elemen kesalahan di dalamnya. Kesalahan
yang masuk ke dalam pengukuran dapat berasal dari berbagai sumber seperti
ketidakjelasan dalam merumuskan pertanyaan pada kuesioner, kesalahan teknis
yang dilakukan peneliti, atau kesalahan responden ketika menjawab pertanyaan.
A. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indikator tingkat ke andalan atau kepercayaan terhadap suatu hasil pengukuran suatu pengukuran disebut reliable atau memiliki ke andalan jika konsisten memberikan jawaban yang sama. Dalam hal penelitian, jika suatu pengukuran konsisten dari satu waktu ke waktu lainnya, maka pengukuran itu dapat diandalkan dan dapat dipercaya dalam derajat tertentu.
Reliabilitas adalah indikator tingkat ke andalan atau kepercayaan terhadap suatu hasil pengukuran suatu pengukuran disebut reliable atau memiliki ke andalan jika konsisten memberikan jawaban yang sama. Dalam hal penelitian, jika suatu pengukuran konsisten dari satu waktu ke waktu lainnya, maka pengukuran itu dapat diandalkan dan dapat dipercaya dalam derajat tertentu.
Suatu pengukuran yang sama sekali tidak dapat
diandalkan berarti tidak mampu mengukur apapun. Pengukuran yang tidak memiliki
reliabilitas tidak dapat digunakan untuk mengetahui ada atau tidak nya hubungan
antara variabel. Reliabilitas bukanlah suatu konsep yang berdimensi tunggal.
Suatu Reliabilitas memiliki tiga komponen di dalamnya: stabilitas, konsistensi
internal, dan ekuivalensi.
1. Stabilitas
stabilitas mengacu pada konsistensi hasil. Pengukuran disebut memiliki stabilitas jika kedua pengukuran menunjukkan hasil yang sama atau konsisten. Namun demikian, kita harus cermat dalam menggunakan stabilitas sebagai pengukuran Reliabilitas, karena manusia dapat berubah dari waktu ke waktu. Penilaian Reliabilitas berfungsi membantu dalam melakukan interpretasi dan evaluasi penelitian. Salah satu metode yang menggunakan instrumen statistik koefisien korelasi untuk menghitung Reliabilitas adalah metoda yang disebut "uji-pengujian kembali" yang berfungsi mengukur komponen stabilitas dalam suatu pengujian Reliabilitas. Dalam hal ini, responden yang sama diukur pada dua waktu Yang berbeda, dan suatu kok efisien diantara kedua nilai kemudian dihitung. Namun demikian, teknik uji-pengujian kembali ini memiliki keterbatasan. Untuk mengatasinya, peneliti dapat mengubah cara penyajian kuesionernya.
stabilitas mengacu pada konsistensi hasil. Pengukuran disebut memiliki stabilitas jika kedua pengukuran menunjukkan hasil yang sama atau konsisten. Namun demikian, kita harus cermat dalam menggunakan stabilitas sebagai pengukuran Reliabilitas, karena manusia dapat berubah dari waktu ke waktu. Penilaian Reliabilitas berfungsi membantu dalam melakukan interpretasi dan evaluasi penelitian. Salah satu metode yang menggunakan instrumen statistik koefisien korelasi untuk menghitung Reliabilitas adalah metoda yang disebut "uji-pengujian kembali" yang berfungsi mengukur komponen stabilitas dalam suatu pengujian Reliabilitas. Dalam hal ini, responden yang sama diukur pada dua waktu Yang berbeda, dan suatu kok efisien diantara kedua nilai kemudian dihitung. Namun demikian, teknik uji-pengujian kembali ini memiliki keterbatasan. Untuk mengatasinya, peneliti dapat mengubah cara penyajian kuesionernya.
2. Konsistensi internal
Konsistensi internal merupakan pengujian terhadap
setiap artikel yang mana jawaban yang diberikan responden akan menghasilkan
suatu skala tertentu. Metoda yang this sebut dengan "teknik belah
dua" ini tidak perlu dilakukan dalam dua waktu yang berbeda, tetapi
pengujian dibagi dua dan dinilai secara terpisah. Selanjutnya peneliti
menghitung koefisien korelasi diantara kedua perangkat skor tersebut.
3. Ekuivalensi
Komponen equivalent sih dari suatu pengujian
Reliabilitas berfungsi menilai suatu korelasi relatif antara dua pengujian atau
pengukuran yang paralel. Dua instrumen pengukuran dengan artikel yang berbeda,
atau teknik pengukuran yang berbeda, dikembangkan untuk mengukur suatu konsep
yang sama. Kedua versi instrumen pengukuran itu kemudian diujikan kepada satu
kelompok responden dalam waktu yang sama, dan korelasi antara skor dari kedua
bentuk pengujian digunakan untuk mengukur Reliabilitas. Suatu kasus khusus
komponen ekuivalensi terjadi ketika dua orang pengamat atau lebih menilai
fenomena yang sama sebagaimana penelitian analisis isi. Tipe Reliabilitas jenis
ini digunakan untuk menilai derajat yang dapat diperoleh atau dihasilkan
seorang pengamat dapat diperoleh kembali atau dihasilkan kembali oleh pengamat
lainnya. Idealnya, dua individu yang menggunakan ukuran operasional yang sama,
dan menggunakan instrumen pengukuran yang sama haruslah menghasilkan kesimpulan
yang sama.
B. Validitas
Suatu pengukuran harus pulang memiliki validitas.
Validitas mengacu pada seberapa jauh suatu ukuran empiris cukup menggambarkan
arti sebenarnya dari konsep yang telah diteliti. Dengan kata lain, suatu
instrumen pengukuran yang falid mengukur apa yang seharusnya diukur, atau
mengukur apa yang anda kita ukur. Menentukan validitas pengukuran memerlukan
suatu evaluasi terhadap kaitan antara definisi operasional variabel dengan
definisi konseptual. Pada bagian ini, kita akan mempelajari empat tipe utama
pengukuran validitas, dan masing-masing memiliki teknik yang berhubungan untuk
evaluasi metode pengukuran, yaitu:
1. Validitas muka
Tipe pengukuran validitas yang paling sederhana dan
paling dasar yang dilakukan dengan cara mengamati instrumen pengukuran untuk
menentukan apakah instrumen bersangkutan dapat mengukur apa yang akan diukur.
Pada pengukuran file Lee ditas mak tipe pengukuran validitas yang paling
sederhana dan paling dasar yang dilakukan dengan cara mengamati instrumen
pengukuran untuk menentukan apakah instrumen bersangkutan dapat mengukur apa
yang akan diukur. Pada pengukuran validitas muka, peneliti mengemukakan
argumentasi bahwa pengukuran yang akan dilakukan tampak baik dengan cara
melihat pada indikator pengukuran yang digunakan. Dengan kata lain, validitas
muka menunjukkan apakah kualitas suatu indikator tempat beralasan (logis) untuk
mengukur suatu variabel. Teknik ini cukup populer digunakan para peneliti
melalui argumentasi mereka mengenai validitas pengukuran yang digunakan. Namun
validitas muka memiliki keterbatasan karena tidak tersedianya bukti tambahan
atas validitas yang digunakan. Ukuran empiris tertentu terhadap suatu konsep
penelitian dapat sesuai atau bertentangan dengan kesepakatan umum yang berlaku
dan juga dengan gambaran mental yang dimiliki seseorang.
2. Validitas prediktif
Upaya peneliti untuk memeriksa instrumen pengukuran
nya terhadap hasil-hasil yang muncul di masa depan akan menghasilkan validitas
prediktif atau disebut juga validitas terkait kriteria. Pengukuran yang
memiliki validitas prediktif yang baik tidak berarti juga memiliki validitas
muka yang sama baiknya. Suatu pengukuran dapat memiliki validitas prediktif
yang baik, namun pada saat yang sama kurang memenuhi syarat untuk memiliki
validitas muka. Dalam hal ini, kondisi yang bertentangan seringkali terjadi.
Satu-satunya faktor yang menentukan validitas prediktif adalah ukuran kemampuan
untuk memperkirakan pelaku atau peristiwa masa depan secara tepat. Dalam
validitas prediktif, perhatian tidak ditujukan pada konsep apa yang hendak
diukur tetapi ia pada apakah instrumen pengukuran dapat memperkirakan sesuatu.
3. Validitas konkuren
Tipe validitas yang memiliki kemiripan dengan
validitas prediktif. Pada metode ini, instrumen pengukuran harus diperiksa
terlebih dahulu terhadap berbagai kriteria yang ada saat ini. Jika hasil
pengujian dapat menunjukkan adanya perbedaan skor kekerasan diantara kedua
kelompok, maka dapat dikatakan hasil penelitian memiliki validitas konkuren.
4. Validitas konstruk
Tipe validitas ini memiliki teknik pengukuran yang
paling kompleks. Namun secara sederhana dapat dikatakan bahwa validitas
konstruk merupakan upaya menghubungkan suatu instrumen pengukuran dengan
keseluruhan kerangka kerja teoretis untuk memastikan bahwa pengukuran yang
dilakukan memiliki hubungan logis dengan konsep lainnya yang ada dalam kerangka
kerja teoretis bersangkutan. Dalam hal ini, peneliti harus mampu menyatakan
berbagai hubungan antara konsep Yang tengah diukur dengan variabel lainnya.
Peneliti harus menunjukkan bahwa hubungan tersebut adalah benar adanya untuk
menunjukkan adanya validitas konstruk.
5. Validitas isi
Pengukuran terhadap validitas isi mengacu pada berapa
banyak suatu Quran menjangkau berbagai makna yang tercakup dalam suatu konsep.
Misal, suatu pengujian terhadap kemampuan matematika seseorang tidak dapat
dibatasi hanya pada fungsi penambahan tetapi perlu juga mencakup pengurangan,
pengalihan, pembagian, dan sebagainya. Atau, jika kita mengukur Prasangka
(prejudis) pada diri seseorang, apakah pengukuran kita mencakup seluruh jenis
prejudis, termasuk prejudis terhadap kelompok rasial dan etnis, agama
minoritas. Wanita, orang tua dan sebagainya.
Sumber : Morissan. 2014. METODE PENELITIAN SURVEI. Jakarta: Prada Media Group. (Hal 98-108)